Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya :
Pada zaman modern ini, hari Valentine didominasi oleh hati berwarna
pink dan yang dipanah oleh Cupid. Padahal asal-usul perayaan ini justru
sangat berbeda jauh dengan simbol-simbol cinta ini.
Valentine sebenarnya adalah seorang biarawan Katolik yang menjadi
martir. Valentine dihukum mati oleh kaisar Claudius II karena menentang
peraturan yang melarang pemuda Romawi menjalin hubungan cinta dan
menikah karena mereka akan dikirim ke medan perang.
Ketika itu, kejayaan kekaisaran Romawi tengah berada di tengah
ancaman keruntuhannya akibat kemerosotan aparatnya dan pemberontakan
rakyat sipilnya. Di perbatasan wilayahnya yang masih liar, berbagai
ancaman muncul dari bangsa Gaul, Hun, Slavia, Mongolia dan Turki. Mereka
mengancam wilayah Eropa Utara dan Asia. Ternyata wilayah kekaisaran
yang begitu luas dan meluas lewat penaklukan ini sudah memakan banyak
korban, baik dari rakyat negeri jajahan maupun bangsa Romawi sendiri.
Belakangan mereka tidak mampu lagi mengontrol dan mengurus wilayah yang
luas ini.
Untuk mempertahankan kekaisarannya, Claudius II tak henti merekrut
kaum pria Romawi yang diangap masih mampu bertempur, sebagai tentara
yang siap diberangkatkan ke medan perang. Sang kaisar melihat tentara
yang mempunyai ikatan kasih dan pernikahan bukanlah tentara yang bagus.
Ikatan kasih dan batin dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai
hanya akan melembekkan daya tempur mereka. Oleh karena itu, ia melarang
kaum pria Romawi menjalin hubungan cinta, bertunangan atau menikah.
Valentine, sang biarawan muda melihat derita mereka yang dirundung
trauma cinta tak sampai ini. Diam-diam mereka berkumpul dan memperoleh
siraman rohani dari Valentine. Sang biarawan bahkan memberi mereka
sakramen pernikahan. Akhirnya aksi ini tercium oleh Kaisar. Valentine
dipenjara. Oleh karena ia menentang aturan kaisar dan menolak mengakui
dewa-dewa Romawi, dia dijatuhi hukuman mati.
Di penjara, dia bersahabat dengan seorang petugas penjara bernama
Asterius. Petugas penjaga penjara ini memiliki seorang putri yang
menderita kebutaan sejak lahir. Namanya Julia. Valentine berusaha
mengobati kebutaannya. Sambil mengobati, Valentine mengajari sejarah dan
agama. Dia menjelaskan dunia semesta sehingga Julia dapat merasakan
makna dan kebijaksanannya lewat pelajaran itu.
Julia bertanya, "Apakah Tuhan sungguh mendengar doa kita?"
"Ya anakku. Dia mendengar setiap doa kita."
"Apakah kau tahu apa yang aku doakan setiap pagi? Aku berdoa supaya
aku dapat melihat. Aku ingin melihat dunia seperti yang sudah kau
ajarkan kepadaku."
"Tuhan melakukan apa yang terbaik untuk kita, jika kita percaya pada-Nya,"sambung Valentine.
"Oh, tentu. Aku sangat mempercayai-Nya," kata Julia mantap.
Lalu, mereka bersama-sama berlutut dan memanjatkan doa.
Beberapa minggu kemudian, Julia masih belum mengalami kesembuhan.
Hingga tiba saat hukuman mati untuk Valentine. Valentine tidak sempat
mengucapkan perpisahan dengan Julia, namun ia menuliskan ucapan dengan
pesan untuk semakin dekat kepada Tuhan. Tak lupa ditambahi
kata-kata,"Dengan cinta dari Valentin-mu" (yang akhirnya menjadi
ungkapan yang mendunia). Ia meninggal 14 Februari 269. Valentine
dimakamkan di Gereja Praksedes Roma.
Keesokan harinya , Julia menerima surat ini. Saat membuka surat, ia
dapat melihat huruf dan warna-warni yang baru pertama kali dilihatnya.
Julia sembuh dari kebutaannya.
Pada tahun 496, Paus Gelasius I menyatakan 14 Februari sebagai hari peringatan St. Valentine.
Kebetulan tanggal kematian Valentine bertepatan dengan perayaan
Lupercalia, suatu perayaan orang Romawi untuk menghormati dewa Kesuburan
Februata Juno. Dalam perayaan ini, orang Romawi melakukan undian
seksual! Caranya, merka memasukkan nama ke dalam satu wadah, lalu
mengambil secara acak nama lawan jenisnya. Nama yang didapat itu menjadi
pasangan hidupnya selama satu tahun. Lalu pada perayaan berikutnya
mereka membuang undi lagi.
Rupanya Paus tidak sreg pada cara perayaan ini. Karena itulah,
gereja sedikit memodifikasi perayaan ini. Mereka memasukkan nama-nama
santo dalam kotak itu. Selama setahun setiap orang akan meneladani santo
yang tertulis pada undian yang diambilnya. Untuk membuat acara itu
sedikit lucu, gereja juga memasukkan nama Simeon Stylites. Orang yang
mengambil nama ini dianggap apes alias tidak mujur, soalnya Simeon
menghabiskan hidupnya di atas pillar, tidak beranjak satu kali pun.
Nama Valentine lalu diabadikan dalam festival tahunan ini. Di
festival ini, pasangan kekasih atau suami istri Romawi mengungkapkan
perasaan kasih dan cintanya dalam pesan dan surat bertuliskan tangan. Di
daratan Eropa tradisi ini berkembang dengan menuliskan kata-kata cinta
dan dalam bentuk kartu berhiaskan hati dan dewa Cupid kepada siapapun
yang dicintai. Atau memberi perhatian kecil dengan bunga, coklat dan
permen.
Di zaman modern, kebiasaan menulis surat dengan tangan diangap tidak
praktis. Lagipula, tidak setiap orang bisa merangkaikan kata-kata yang
romantis. Lalu muncullah kartu valentine yang dianggap lebih praktis.
Kartu Valentine modern pertama dikirim oleh Charles seorang bangsawan
Orleans kepada istrinya, tahun 1415. Ketika itu dia mendekam di penjara
di Menara London. Kartu ini masih dipameran di British Museum. Di
Amerika,Esther Howland adalah orang pertama yang mengirimkan kartu
valentine. Kartu valentine secara komersial pertama kali dibuat tahun
1800-an.
Sayangnya dari hari ke hari, perayan Valentine telah kehilangan
makna yang sejati. Semangat kasih dn pengorbanan St. Valentine telah
dikalahkan oleh nafsu komesialisasi perayaan ini. Untuk itulah kita
perlu mengembalikan makna perayaan ini, seperti dalam 1 Yohanes 4:16:
"Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.
Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia
tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia
0 Comment:
Posting Komentar